Manusia yang Dirantai

Illustrator: Kualilaya

Aku adalah budak sepanjang waktu. Tidak ada bagian dari hidupku yang tidak terjamah oleh tuan-tuan. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku bebas dalam menentukan pilihan hidupku atau mungkin saja aku tidak pernah mencicipi kebebasan itu sejak aku disebut hidup oleh mereka. Hidupku ditentukan oleh pasar, oleh iklan yang ditampilkan dilayar 14/21 inci, oleh tuan-tuan yang mengaku dirinya paduka raja.

Sejak aku mulai duduk dibangku sekolah, ahh tidak bahkan sejak di keluarga kepala kusudah direcoki dengan ketaatan dan kepatuhan lengkap dengan segala standar-standar hidup yang ditetapkan. Untuk menjadi anak yang baik, aku tidak boleh begini dan harus begitu. Menjadi penurut itu manis katanya.

Setiap hari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi hidupku di atur (Semoga hanyaaku) dengan segala bentuk standarisasi. Dalan ruang kelas pun yang katanya ruang pendidikan aku dipisahkan dari realitas di masyarakat. Kepalaku hanya direcoki seputar bagaimana meningkatkan investasi di negeriku agar pertumbuhan ekonominya meningkat.  Dan pada akhirnya negaraku akan disebut sebagai negara majuwalau itu hanya tipuan mereka -para kapitalis- saja. Aku sengaja dibentuk untuk menyaingi robot atau bahkan menjadi serupa robot. Yang kepalanya hanya berisi bagaimana agar laju akumulasi modal berjalan mulus. Sungguh ini membosankan, kawan.

Sungguh, tipuan ini tidak berakhir sampai disitu saja. Setelah isi kepalaku yang direcoki, hasratku pun di atur sedemikian rupa agar sesuai keinginan mereka. Mulai dari apa yang aku suka sampai pada apa yang tidak kusukai. Mulai dari apa yang harus ku konsumsi sampai seberapa banyak yang harus konsumsi. Ahh bahkan sampai urusan cintadan pasangan pun aku di atur. Mereka meciptakan standakesukaanku melalui layar 14/21 inci itu, lewat iklan yang dipajang di batang pohon yang berdiri di pusat kota, melalui iming-iming diskon yang ditawarkan pusat perbelanjaan itu. Bukankah hidupku ini hanya untuk menyenangkan hati mereka. Ahh benar-benar menyebalkan.

Kapitalisme dan segala tetek bengeknya telah meracuni hidupku. Mematikan harapanku dan membunuh imajinasiku. Bayangkan saja ketika aku telah menyelesaikan pendidikan yang kutempuh itu tidak melepaskanku dari jerat perbudakan yang dia ciptakan. Sebaliknya rantai perbudakan itu semakin keras mengikat kakiku. Mengurungku di dalam gudang pabrik, di kantor-kantor, di pasar,bahkan di jalanan.Mulai dari pagi hingga petang atau bahkan hingga pagi kembali. Aku menjadi anjing penjaga sekaligus pesuruh untuk sekali lagi menjaga arus modal tetap berjalan mulus. Hingga setelah rantai itu terlepas pun aku masih di hantui oleh bayang-bayangnya. Sampai kapan mereka meracuni hidupku? Aku berontak, namun berkali-kali juga aku terhempas, terbuang, dan terabaikan. Tapi, itu tidak akan mematikan nalar dan hasrat ku yang telah berkompormi untuk melakukan pemberontakan. Kepatuhan dan ketaatan ini adalah bentuk pembodohan di zaman yang mereka sebut dengan puncak peradaban. Sebagaimana yang telah diajarkan kepada kita bahwa segala bentuk pembodohan haruslah dihancurkan.

Penulis: Black rose