Masturbazine-1

Apa itu zine?

Zine salah satu media alternatif bagi siapapun untuk menuliskan, menggambarkan dan medeskripsikan segala hal yang menarik maupun tidak menarik, revolusioner maupun tidak revolusioner serta hal yang perlu orang lain ketahui (meski tabu). Secara garis besar zine adalah media cetak yang dikerjakan secara non-konvensional (dalam hal ini tidak ada deadline mengikat, tata bahasa yang tidak perlu baku dan layout sebisanya) dan dicetak sederhana serta disebarluaskan secara non-komersial.

Ini Zine pertama kami, sangat abal-abal. Tetapi, kami akan terus belajar!

Masturbazine

Pergi Bersembunyi

 

(Tak ada jalan kembali yang tersedia, kecuali kita harus membuat jalan sendiri)

 

Tidak sekedar bosan. Pastinya cukup mewakili kemonotonan di dalam ruangan sepagi ini, mendengar dongeng kemuakan. Perempuan disebelahku sangat cemas, ia terus saja melirik dan berkali-kali memencet smartphonenya, wajahnya pucat dan kakinya tidak begitu kokoh menopang beratnya mayat didalam tubuhnya sendiri. Wajahnya sangat artistik, setiap bagian garis wajahnya menoleh ke dinding kiri. Ia tersenyum kecut, yang dilihatnya adalah dirinya dalam ukuran yang lebih kecil dan berwarna terang. Siapakah yang mengamati keindahanku “bisik seseorang yang berdiam disampingku”. Aku terheran dan berdehem, apa sebenarnya yang membuatnya begitu terganggu dan penuh ketegangan. Ini benar-benar juga turut menggangguku, seolah dunia ini tidak lagi dipenuhi imajinasi, kematiannya tampak tak berjeda semenjak setiap tubuh merawat kematiannya masing-masing, kaku. Aku benar-benar takut mengedipkan mata, katakutan ku berlipatganda, jikalau ku terjebak dalam menariknya ketiadaan dan kegelapan.

Aku meninggalkan ruang kebosanan tersebut, lalu ku jajaki lorong hasrat yang tabu. Kucumbu kembali linting tembakau yang hijau kecokelatan, berharap dari sana menjelma ruh kebebasan hidup di esok hari. Esok hari mungkin menyenangkan, setelah berabad-abad dipenjara terali besi, tembok kokoh bernama patriarki, jurang bernama kapitalisme, dan kematian bernama negara. Sembari memijit jemari dan menggosoknya kedalam selaput siang, diantara sejengkal matahari diatas pangkuannya, Tuhan tampak begitu depresi. Aku berhenti bekerja, aku berhenti menjadi ibu, aku berhenti menjadi perempuan, aku berhenti memercayai apa-apa dan aku berhenti dari apapun juga.

Sehingga, waktu berhenti di halte kota mati, siang berganti malam, lalu malam menjadi gelap kemudian hitam. Semenjak kalam puputan menduduki batara.  Kemudian, akulah perempuan yang bekerja untuk mengisi sel telur tetap penuh, disetubuhi lewat percapakan media sosial, akulah saksi pemerkosaan pekerja oleh bosnya, akulah bagian bab yang dilupakan oleh buku-buku feminis diakhir zaman, aku juga sempat melihat keadaan sebelum peradaban kian maskulin, bahkan sempat bertemu dengan bangsa arya asiatik pendemostikasi binatang diatas padang rumput, akulah patera yang mengiris paternalisme menjadi dua, dan setelah itu aku punah ditengah arus perkawinan.

Promiskuitas. Aku hanya ingin memulai jalan temaram yang baru. Hidup dengan kebahagiaan yang egois. Hidup dengan hasrat libido tanpa siapapun yang mengatur kehendaknya. Aku hanya ingin merumuskan kemana aku harus bepergian, dan bebas menolak apapun yang tidak kusukai termasuk untuk sekedar digoda atau diperkosa dalam khayalan siapapun.

Aku benar-benar tidak suka menjadi begitu pemaaf, maka hidupku hanya diabdikan untuk kebahagiaan.

Penulis: Black Rose

Manusia yang Dirantai

Illustrator: Kualilaya

Aku adalah budak sepanjang waktu. Tidak ada bagian dari hidupku yang tidak terjamah oleh tuan-tuan. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku bebas dalam menentukan pilihan hidupku atau mungkin saja aku tidak pernah mencicipi kebebasan itu sejak aku disebut hidup oleh mereka. Hidupku ditentukan oleh pasar, oleh iklan yang ditampilkan dilayar 14/21 inci, oleh tuan-tuan yang mengaku dirinya paduka raja.

Sejak aku mulai duduk dibangku sekolah, ahh tidak bahkan sejak di keluarga kepala kusudah direcoki dengan ketaatan dan kepatuhan lengkap dengan segala standar-standar hidup yang ditetapkan. Untuk menjadi anak yang baik, aku tidak boleh begini dan harus begitu. Menjadi penurut itu manis katanya.

Setiap hari mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi hidupku di atur (Semoga hanyaaku) dengan segala bentuk standarisasi. Dalan ruang kelas pun yang katanya ruang pendidikan aku dipisahkan dari realitas di masyarakat. Kepalaku hanya direcoki seputar bagaimana meningkatkan investasi di negeriku agar pertumbuhan ekonominya meningkat.  Dan pada akhirnya negaraku akan disebut sebagai negara majuwalau itu hanya tipuan mereka -para kapitalis- saja. Aku sengaja dibentuk untuk menyaingi robot atau bahkan menjadi serupa robot. Yang kepalanya hanya berisi bagaimana agar laju akumulasi modal berjalan mulus. Sungguh ini membosankan, kawan.

Sungguh, tipuan ini tidak berakhir sampai disitu saja. Setelah isi kepalaku yang direcoki, hasratku pun di atur sedemikian rupa agar sesuai keinginan mereka. Mulai dari apa yang aku suka sampai pada apa yang tidak kusukai. Mulai dari apa yang harus ku konsumsi sampai seberapa banyak yang harus konsumsi. Ahh bahkan sampai urusan cintadan pasangan pun aku di atur. Mereka meciptakan standakesukaanku melalui layar 14/21 inci itu, lewat iklan yang dipajang di batang pohon yang berdiri di pusat kota, melalui iming-iming diskon yang ditawarkan pusat perbelanjaan itu. Bukankah hidupku ini hanya untuk menyenangkan hati mereka. Ahh benar-benar menyebalkan.

Kapitalisme dan segala tetek bengeknya telah meracuni hidupku. Mematikan harapanku dan membunuh imajinasiku. Bayangkan saja ketika aku telah menyelesaikan pendidikan yang kutempuh itu tidak melepaskanku dari jerat perbudakan yang dia ciptakan. Sebaliknya rantai perbudakan itu semakin keras mengikat kakiku. Mengurungku di dalam gudang pabrik, di kantor-kantor, di pasar,bahkan di jalanan.Mulai dari pagi hingga petang atau bahkan hingga pagi kembali. Aku menjadi anjing penjaga sekaligus pesuruh untuk sekali lagi menjaga arus modal tetap berjalan mulus. Hingga setelah rantai itu terlepas pun aku masih di hantui oleh bayang-bayangnya. Sampai kapan mereka meracuni hidupku? Aku berontak, namun berkali-kali juga aku terhempas, terbuang, dan terabaikan. Tapi, itu tidak akan mematikan nalar dan hasrat ku yang telah berkompormi untuk melakukan pemberontakan. Kepatuhan dan ketaatan ini adalah bentuk pembodohan di zaman yang mereka sebut dengan puncak peradaban. Sebagaimana yang telah diajarkan kepada kita bahwa segala bentuk pembodohan haruslah dihancurkan.

Penulis: Black rose